Oleh: Alfred B. Jogo Ena

“Sahabat adalah cermin bersih-bening bagi kita untuk berkaca diri, untuk melihat keseluruhan diri kita secara utuh” (ABJE).

Simaklah nasihat bijak Kahlil Gibran berikut ini, “Ketika aku berdiri bagaikan sebuah cermin jernih di hadapanmu, kamu memandang ke dalam diriku dan melihat bayanganmu. Kemudian kamu berkata, “Aku cinta kamu.” Tetapi sebenarnya, kamu mencintai dirimu dalam diriku.” Indahnya sebuah relasi persahabatan, justru terletak pada bagaimana kita mampu melihat hal-hal positif dalam diri sahabat. Dengan menyatakan, “Sobat, aku sayang padamu!”, sebenarnya kita menyatakan hal yang sama pada diri kita sendiri. Sahabat adalah cermin bersih-bening bagi kita untuk berkaca diri, untuk melihat keseluruhan diri kita secara utuh.

Demikian juga sebaliknya. Ketika kita mulai menjelek-jelekkan atau berbicara sesuatu yang jelek tentang sahabat kita, sebenarnya kita sedang membicarakan diri kita sendiri. Sahabat hanyalah cermin atau “batu sasar” bagi kita untuk menjelek-jelekkan diri kita sendiri. Bukankah relasi persahabatan selalu dan hanya terjadi antara dua (atau lebih) pribadi? Sehingga alangkah tidak adilnya, bila kita hanya terfokus untuk berbicara yang jelek tentang sahabat. Sebab tulis Gibran lagi, “Diperlukan dua orang untuk menemui kebenaran; satu untuk mengucapkannya dan satu lagi untuk memahaminya.” Itulah relasi persahabatan yang sehat. (abje)

Spread the love