Oleh: Alfred B. Jogo Ena
“Teriakan seorang sahabat adalah pemberian dari hatinya. Ia berteriak memperingatkan bahwa ada “lubang” di depan agar sahabatnya tidak jatuh terjebab” (ABJE).
Paulus, seorang tokoh besar dunia yang banyak menulis pada awal abad pertama, pernah menulis demikian, “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran, ia menutup segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu”. Kata-katanya masih terus bergema dan relevan bahkan sering dikutip dalam upacara-upacara pernikahan (orang Kristen).
Kalau kita sandingkan dalam relasi persahabatan maka redaksinya menjadi, “sahabat itu sabar, sahabat itu murah hati dan tidak cemburu. Sahabat tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Sahabat tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri…..sahabat selalu bersukacita karena kebenaran dan sahabat terbuka dalam segala sesuatu…”
Karena kasih dan kemurahan hatinya, seorang sahabat akan berteriak pada sahabatnya untuk mendengarkan kebenaran dan keadilan. Ia akan terus berteriak sekalipun sahabatnya menutup telinganya. Sahabat menjadikan dirinya loud speaker agar sang sahabat bisa mendengar teguran dan nasihatnya.
Teriakan (yells) seorang sahabat dapat disamakan dengan gambaran Kahlil Gibran tentang pemberian. “Bila engkau memberi dari hartamu, tiada banyaklah pemberian itu. Bila engkau memberi dirimu sendiri itulah pemberian yang penuh arti. Apabila seseorang memberikan sesuatu kepada orang lain dengan kegirangan di hati, maka kegirangan itulah yang menjadi anugerah pengganti”. Yells seorang sahabat adalah pemberian dari hatinya. Ia berteriak memperingatkan bahwa ada “lubang” di depan agar sahabatnya tidak jatuh terjebab. Ia berteriak memperingatkan sahabat agar tidak jatuh dalam jerat duka nestapa akibat kesalahan sendiri.
Oh,…lagi-lagi indah memiliki sahabat yang menjadi loud speaker kita agar selalu berjalan di jalan kejujuran, kebenaran, keadilan, cinta dan damai. (abje)