2. Menjadi Benar atau Harmonis?
Oleh: Alfred B. Jogo Ena
Jika kemarin kita membaca tentang banyak mendengar dan sedikit berbicara (dua telinga dan satu mulut), maka hari ini kita mencoba melihat kenyataan yang sering terjadi. Akibat dominasi orang untuk memonopoli satu mulut (menguasai lawan bicara). Masing-masing pihak mulai saling tegang urat leher alias ngotot dan memaksa pihak lain harus mendengarkannya. Masing-masing pihak mulai merasa paling benar dari posisinya. Tak ada yang mau mengalah (bukan karena kalah) karena tak sempat menemukan esensi dari kehadiran dan dialog bersama itu sendiri.
Persoalan di dalam relasi persahabatan seringkali berawal dari keinginan untuk menjaga harga diri kita (yang entah akan dijual dengan angka berapa?). Janganlah selalu berkeinginan untuk mendominasi lawan bicara kita dengan mau menang sendiri. Karena relasi yang sehat tidak dikuasai oleh aneka pendapat yang tidak berarti. Berusahalah untuk lebih sabar dan santai. Jangan terlalu menuntut orang lain untuk memahami Anda. Berusahalah untuk memahami orang lain sebagaimana Anda memahami diri Anda sendiri. Dengan saling memahami kita selain menciptakan keharmonisan dalam relasi, juga membiarkan kebenaran menemukan jalan dan caranya mengekspresikan diri. Ada saling menerima antara sahabat.