Oleh: Alfred B. Jogo Ena

8. Humor

Roda kehidupan terus menggelinding, berputar dan berpindah tempat. Dalam perputaran itu ada canda dan luka, tawa dan duka, susah dan senang. Semuanya silih berganti. Tidak selamanya kita di atas. Tidak selamanya juga kita di bawah. Kita terus bergerak dan berputar. Ketika Anda sedang bersedih, bukalah hati untuk tawa. Jika sedang berduka, ularkan tangan menerima rasa hangat dari sesamamu.

Hidup yang singkat ini janganlah terlalu dibuat serius. Berusahalah untuk menertawakan atau mencandai diri sendiri, seperti yang selama ini dilakukan oleh Tukul Arwana dalam setiap acaranya, Bukan Empat Mata. Rupanya cara Tukul mengejek dirinya sendiri menjadi bahan tawa bagi orang lain. Tukul telah membantu orang lain untuk tertawa. Begitulah seharusnya dalam relasi persahabatan. Namun demikian, mengejek diri sendiri bukanlah berarti merendahkan diri sendiri, lebih daripada itu yakni membiarkan diri membuang ego kita. Humor seringkali menjadi penangkal terbaik untuk keluar dari situasi yang tidak mengenakan.

Dalam bersahabat kita akan selalu mengalami dinamika di atas. Perbanyaklah humor karena itulah bumbu relasi yang menggembirakan, obat sukacita yang membuat kita sembuh dari sakit hati dan luka karena kecewa.

Tahun 1994, saya mempunyai seorang sahabat dari Kalimantan. Kami hidup bersama dalam sebuah rumah pembinaan. Kami dua bisa melakukan lawak secara spontan kapan saja kami mau. Dalam acara kebersamaan pun kami dua tampil spontan dan bisa nyambung bikin tawa dengan logat-logat daerah kami masing-masing. Tapi belum genap setahun dia mengundurkan diri dan kembali ke Kalimantan. Sejak itu saya belum pernah bertemu dan berkontak lagi dengan dia hingga kini. Sahabat dalam canda dan humur itu sering kali lebih banyak menjadi penyemangat kita daripada sahabat yang datang ketika sedang butuh bantuan kita.

Spread the love