Oleh: Alfred B. Jogo Ena
Aku merindukan kamu
Kita sering menyangka hanya pasangan yang menikah yang saling mengungkapkan kata: “I miss you, aku merindukanmu.”
Sesungguhnya kata-kata ini berlaku juga dalam relasi persahabatan. Kata rindu (merindukan dan dirindukan) menegaskan bahwa seorang sahabat sangatlah berarti, dia layak dicintai, disayangi, diinginkan dan dibutuhkan, diingat dan diharapkan ada dan hadir di depan kita. Ketika rasa rindu diungkapkan kepada sahabat kita, ia akan semakin bangga dengan dirinya. Bangga karena merasa dipentingkan dan dicintai, dirindukan dan menjadi bagian dari hidup sahabatnya.

Ketika kita merindukan seseorang yang spesial dalam hati dan hidup kita (tidak melulu pasangan yang sedang jatuh cinta atau pasangan suami istri), kita sebenarnya sedang menghadirkan diri kita di hadapan yang lain. Jika jarak yang terbentang dan waktu yang tersekat, maka kata rindu menjadi obat penawar yang akan menuntun kita masuk dalam keheningan doa seraya memohonkan kebaikan dan keselamatan bagi yang kita rindukan.
Gerakan rindu yang keluar dari diri kita sesungguhnya sebuah resonansi atas hal yang sama yang disinyalkan oleh sahabat itu kepada kita. Entah pengalaman luka pernah membalut dalam relasi sebelumnya, tetap saja seorang sahabat yang lapang pengampunan akan selalu berharap yang terbaik bagi sang sahabat.
Saya mempunyai sahabat di wilayah timur Indonesia. Jika saya terlalu sibuk dan terkesan “mengabaikannya” ia akan memberikan sinyal berupa pesan singkat: “Ingat waktu o..jangan terlalu “mukut” bekerja na. Jaga kesehatan, jaga stamina. Kerja bisa ditunda, tetapi kesehatan tidak bisa ditawar jika kita lalai. Kelalaian akan berakibat fatal dan itu semua akan terlambat.” Demikian ungkapan kerinduan dari sang sahabat yang membuat kita merasa berarti dan diperhatikan. Tentu teguran itu berlaku juga untuk dirinya.