In Memoriam Pele
Oleh: Alfred B. Jogo Ena
Di penghujung tahun 2022, setelah perhelatan Piala Dunia di Qatar dunia khususnya masyarakat sepak bola berduka atas meninggalnya pria bernama lengkap Edson Arantes do Nascimento alias Pele dalam usia 82 tahun. Dia meninggal setelah kalah melawan kanker usus besar yang dideritanya.
Masyarakat Brasil, khususnya para pecintanya di klub Santos tempat Pele dibesarkan selama 18 tahun. Di Santos inilah dia mulai menari dan meliuk indah di lapangan. Bahkan berkat tariannya, ia mampu mempersembahkan piala dunia pertamanya tahun 1958 pada usia 17 tahun. Ia kemudian mempersembahkan dua piala dunia lagi tahun 1962 dan 1970. Dengan tiga piala dunia ini, Brasil selain mematenkan piala Julius Rimet sebagai milik Brasil, juga menjadikan Pele sebagai satu-satunya pemain yang memenangi 3 piala dunia. Tidak ada pemain lain yang bisa menyamai dia sampai dengan hari ini.
Selain menyihir lapangan sepak bola, kehadiran Pele yang lahir pada 23 Oktober 1940 juga menyihir para tentara yang sedang perang saudara di Nigeria. Kehadiran Pele dalam pertandingan persahabatan di Lagos pada Januari 1969 bisa menghentikan perang selama 48 jam. Betapa sepak bola, khususnya kelahiran tim Santos bersama Pele-nya membuat para pemimpin perang melakukan gencatan senjata hanya demi bisa menyaksikan si raja jogo bonito menari-nari dengan bola di atas lapangan.
Pele, dengan segala kebesaran dan kemewahannya dalam sepak bola telah menyatukan seluruh dunia dalam satu rasa persaudaraan, dalam ikatan emosional atas nama bola, sportivitas dan tentu saja keindahan bola itu sendiri. Mungkin orang fokus pada hasil akhir berupa kemenangan, tetapi sesungguhnya suguhan-suguhan keindahan memainkan bola dari individu-individu semacam Pele, Johan Cruyff (Belanda), Franz Anton Beckenbauer (German), Maradona (Argentina), Ronaldo dan Ronaldinho (Brasil), Messi (Argentina) dan Christian Ronaldo (Portugal) telah menjadi “tali” pengikat persaudaraan semesta.
Bola, melalui para pemainnya yang selalu menyuguhkan keindahan tarian meliuk sembari menggiring bola melewati dan menjebol gawang lawan menjadi roh pemersatu dunia. Para pemain yang masih aktif maupun yang sudah mantan, dengan berbagai cara terus berusaha menyerukan perdamaian dunia. Lihatlah betapa Pele bisa bersahabat dengan Maradona yang muncul kemudian. Pele bisa menjadi panutan yang menyatukan para juniornya bahwa rivalitas dalam sepakbola hanyalah sebuah sarana untuk menggalang perdamaian dunia.
Hari ini, tanggal 30 Desember atau tanggal 29 Desember 2022 waktu Brasil, sanga legenda bola kaki, sang raja jogo bonito dari Brasil telah menyelesaikan pertandingan kehidupannya. Ia kalah melawan kanker yang menggerogotinya, tetapi ia memenangkan hati jutaan orang di seluruh dunia yang meratap kepergiaannya dan yang mendoakan keselamatan abadi baginya. Ia mungkin tidak memenangkan satu pun Balon d’or tetapi dia memenangkan hati jutaan masyarakat Brasil dan dunia. Karena tanpa gelar itu, dia sudah memenangkan banyak gelar untuk bangsanya, keluarganya dan dirinya sendiri. Ia pergi meninggalkan tujuh orang anak dari 3 orang istri. Ia meninggalkan ibunya yang sudah berusia 100 tahun dan akan segera merayakan tahun baru bersama Maradona di dunia sana.
Terima kasih telah menjadi bagian sejarah sepak bola dunia. Namamu akan terus terpatri di hati generasi sepak bola Santos, Brasil dan juga dunia. Terima kasih atas dedikasi dan cintamu akan sepak bola dan kemanusiaan. Selamat jalan Pele.
(Catatan: foto-foto diambil dari detik.com dan https://id.images.search.yahoo.com/search/images)