Panas yang menguapkan udara keringkan kulit yang sudah legam, petani-petani di ladang bermandikan terik mentari, yang berdasi sibuk menghitung berapa yang bisa dilebihkan buat sauna bersama selingkuhan, makelar kasus sibuk hitung komisi buat jaksa dan hakim tak peduli sidang bagai sinetron menyedot fokus tanpa ending yang pasti:
Semua seperti fatamorgana di siang bolong: tampak bergelombang di pelupuk mata, tak tersentuh.

Ruang-ruang berpendingin penuh sesak mereka yang sibuk pikirkan rakyat yang lapar (padahal mereka kekenyangan); prihatin pada tuna wisma (padahal rumah mereka di mana-mana); sedih dengan yang tidak bisa beribadah karena tiada rumah ibadah (padahal mereka sibuk narasi tentang toleransi tanpa solusi: bicara seolah ada peduli tapi sering tanpa realisasi).

Channel youtube mengalahkan berita-berita kemanusiaan, siapapun bisa jadi pembicara yang penting asal latah: soal solusi bukan urusan gue (padahal kalau mereka bicara seperti tahu semua dari A sampai Z segala tetek bengek kemanusiaan. Ya hanya seolah ada seperti fatamorgana.

NB: Gambar tidak menggambarkan isi. Begitulah seringkali pembicaraan manusia dewasa ini lebih plastis dan elastis, kadang pagi kedelai, sore tempe.

Spread the love