Coklat Velentine
berbaris rapi di meja
terbaca: kutunggu vonismu
pada ikatan cinta
bukan hanya surat akad
yang bisa terbakar
bukan pada janji
yang bisa diingkari.
Si Valen
selalu ajak debat
yang suka dan yang hujat
bukan soal esensi
hanya soal merk: kamu beda Valen!
Kue coklat
menunggu eksekusi
tidak semarathon sidang si Es
tidak seheboh cacian nitizen
cukup segenggam saling mengerti
saling memiliki hingga abadi, Valen!