Catatan dari Kopdarnas KPKDG dan Talk Show dengan Katolikana yang gagal (Bagian 5, habis)
Oleh: Alfred B. Jogo Ena
Sebelum membaca point kelima berikut saya mengajak pembaca untuk sejenak bersama saya ke Muntilan, tepatnya di Pusat Pastoral Sanjaya Muntilan, PPSM ketika 15 orang penulis dari KPKDG bersama ratusan peserta lainnya dari berbagai komunitas kategorial yang berada di bawah naungan Kevikepan Kategorial KAS, menghadiri TEPAS (Temu Pastoral) Kevikepan Kategorial, 25 November 2023. TEPAS hari terakhir ini khusus untuk Komunitas Kategorial yang berjumlah 110 komunitas (data sementara yang terhimpun) yang terbagi dalam beberapa rumpun dan jaringan kelompok doa (jarkod).
TEPAS dengan teman “Tinggal dalam Kristus dan Berbuah (Ardas VIII KAS).” TEPAS yang dimoderatori oleh Rm. Dr. Gitowiratmo, Pr yang juga Direktur PPSM ini hendak menegaskan arah pastoral KAS setahun ke depan (2024) dengan fokus pada Formasio Iman Berjenjang dan Berkelanjutan (FIBB). Mengapa fokusnya ke FIBB? “Agar iman umat beriman kristiani menjadi hidup, eksplisit, dan juga operatif, dibutuhkan ketekese yang INTEGRAL, BERJENJANG dan BERKESINAMBUNGAN, sesuai dengan usia dan kemampuannya” sebagaimana ditegaskan dalam KPKRJ, Pasal 56 tentang Katekese, No. 1).
Yang menarik adalah soal istilah berjenjang dan berkelanjutan. Berjenjang atau dalam urutan waktu, Kronos (urutan umur (0-5 tahun PIUD, 6-10 tahun PIA, 11-14 tahun PIR, 15-35 tahun PIOM, 36-60 tahun PIOD dan 61 tahun ke atas PIUL). Sedangkan Berkelanjutan, artinya terus menerus, tak putus, berkesinambungan atau disebut Khairos. Fokus pastoral yang memperhatikan Kronos dan Khairos tentu akan lebih tepat sasar (secara psikologis sesuai dengan tingkatan umur dan penyerapan serta penerapannya). Dan di atas semuanya itu adalah Katekese dan Pastoral yang kronos dan khairos ini semata-mata demi salus animarum (keselamatan jiwa-jiwa) sebagai implementasi dari motto Bapa Uskup Agung Robertus Rubyatmoko, “Quaerere et Salvum Facere yang artinya Mencari dan Menyelamatkan” sebanyak mungkin jiwa umat beriman.

Kelima, Pelatihan Menulis Feature tentang Mengungkap Dunia Pawang Binatang di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta. Mengungkap Dunia Pawang pertama-tama dimaksudkan agar kita, Anda dan saya sebagai pembaca bisa mengetahui secara lebih manusiawi beban kerja yang amat berat para penjinak binatang yang buas atau jinak di Gembira Loka. Tentu bukan semata-mata karena itu profesi – mereka dibayar – tetapi terutama karena panggilan untuk melayani binatang-binatang itu dengan seni peri kebinatangan. Tidak semua orang memiliki keterampilan dan keahilan itu.
Buku yang ditulis oleh 18 penulis ini mengisahkan suka duka orang-orang terpilih ini (pawang) aneka binatang yang ada di kebun binatang. Judul yang dipilih menjadi buku pun bukanlah manusia, tetapi sepasang kasuari (dari dunia aves) yang dinamai Bejo dan Juminten, yang saling jatuh cinta. Dan sang pawang tahu perilaku jatuh cinta mereka.
Para penulis mewawancarai suka duka para pawang sehingga para pengunjung dan pembaca semakin mengerti karakter binatang-binatang yang dikunjungi. Buku ini terbit berkat sponsor dari Romo Yohanes Dwi Harsanto, Pr Vikep Kategorial KAS dan Pihak Gembira Loka.

Selepas pelatihan ini, KPKDG tidak mengadakan kegiatan karena dunia dilanda covid-19 yang amat mencekam, menyeramkan dan meninggalkan duka mendalam bagi kita. Para penulis mulai bergabung dengan aneka kelompok penulisan antologi dengan aneka tema sesuai dengan minat dan isi dompet (karena rata-rata penerbitannya secara swadaya. Ini pula yang membuat kuota ISBN perpusnas mencapai limit pemakaian terbanyak). Hampir tiga tahun masing-masing penulis mencari jalan ekspresinya sendiri (dan menjadi kesempatan untuk mulai berani keluar mengekspresikan kemampuan menulis setelah mengikuti beberapa kali pelatihan bersama KPKDG).
Keenam, Penulisan Feature (lanjutan) dengan tema utama Profil Komunitas Kevikepan Kategorial KAS. Setelah hampir tiga tahun kita bergumul (antara tetap hidup atau kalah di hadapan covid-19) KPKDG mulai menggeliat kembali dengan sebuah proyek yang boleh dikatakan cukup besar. Dikatakan cukup karena harus harus melibatkan 28 penulis untuk menggarap 52 komunitas dari 110 komunitas yang ada. Para penulis setelah dibekali teknis-teknis pengumpulan data dan penulisan feature diberi kesempatan untuk menemui para narasumber lalu meramu hasil wawancara itu menjadi sebuah tulisan yang hidupm yang organik tentang komunitas (tentang siapa melakukan kegiatan apa dan bagaimana itu dilakukan sehingga tidak hanya berisi catatan administratif berupa visi, misi dan kepengurusan komunitas).

Selain memperhatikan unsur 5 W 1 H (who, what, where, why, when + how), feature kali ini ditambahkan 1 unsur: for what/untuk apa. UNTUK APA sebuah feature ditulis menjadi roh yang menggerakkan para penulis untuk meramu tulisannya menjadi sebuah bacaan yang menggerakkan para anggota komunitas dan orang lain untuk semakin beriman. Karena memang tujuan komunitas itu adalah membantu para anggotanya untuk semakin beriman. Ya sebuah gerakan iman yang hidup dari, oleh dan untuk anggota komunitas sehingga menggerakkan orang lain untuk ikut terlibat di dalamnya.
Kiranya, kerjasama proyek penulisan feature antara Kevikepan Kategorial dengan KPKDG Yogyakarta ini bisa menjawab upaya pengembangan iman yang berkelanjutan (khairos) melalui semakin banyak mungkin orang yang membaca dan tergerak bergabung lalu berkembang secara iman kemudian ikut menikmati keselamatan.
Buku ini selain memberikan rasa bangga dan kepuasan kepada para penulis (yang semakin percaya diri untuk terus berkarya dan mengambil bagian dalam pewartaan) juga mendapat apresiasi yang amat positif langsung dari Bapa Uskup yang berkenan launching saat acara TEPAS. Buku ini menjadi luar biasa berkat kerja keras para penulis dan pendamping kelompok yang juga luar biasa. Mereka patut mendapatkan apresiasi dan hormat yang setinggi-tingginya. Terima kasih tertinggi untuk Bapak Budi Sadjono yang menjadi mentor utama setiap pelatihan KPKDG Yogyakarta.
Jika dalam buku ini ditemukan adanya kekurang-sempurnaan di sana sini, itu menjadi tanggung jawab saya sebagai editor final hingga menjadi buku seperti yang ada di tangan pembaca. Dengan segala kerendahan hati saya mohon maaf. Semoga ke depannya makin berkualitas.
Akhirnya, terima kasih yang amat mendalam kepada semua teman di KPKDG baik Yogyakarta maupun nasional juga para pembaca kelima seri oleh-oleh kopdarnas plus Tepas ini. Mari kita terus mengawal akal sehat dalam beriman, dalam hidup (meng)bergereja dan hidup ber(me)masyarakat. Dengan menulis kelima catatan ini (yang berawal dari rasa gelisah dan malu karena gagal talk show bersama Katolikana yang dibatasi durasi waktu, maka tulisan ini bisa menjadi altenatif), semoga kurikulum pelatihan KPKDG Yogayakarta bisa dirumuskan dan disimpulkan oleh para penulis yang terlibat juga pembaca yang mau belajar menulis. Mari bergabung bersama kami di KPKDG Yogyakarta. Mari kita menulis untuk mewartakan dan memuliakan Kristus di tengah dunia, sehingga kita layak disebut sebagai garam dan terang dunia dalam dunia literasi.
Mari kita satukan gerakan langkah dengan bergandengan tangan untuk membangun masyarakat yang sadar literasi (secara internal) dan umat beriman yang semakin berbuah dalam Kristus berkat karya pewartaan kita yang berjenjang dan berkelanjutan (secara internal sebagai penulis katolik).
Semoga berguna.
Salam hormat
Kaki Merapi, 12 – 26 November 2023 (rentang hari saya menyelesaikan lima catatan ini.
