Oleh: Alfred B. Jogo Ena

Salah satu makna utama Natal adalah tentang kasih dan pemberian. Santo Yohanes bahkan menegaskan, “Sebab begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh 3:16). Yesus Kristus lahir ke dunia sebagai hadiah dari Allah, sebagai penebus dosa manusia dan penyelamat umat manusia.

Dalam penghayatan Natal, umat Kristiani juga dipanggil untuk menunjukkan kasih dan mengasihi sesama, seperti Yesus Kristus yang telah menunjukkan kasih atas makhluk-Nya dengan memberikan diri-Nya sendiri sebagai tebusan untuk dosa umat manusia. Tindakan kasih seperti ini bukanlah hanya terbatas pada Natal, tetapi juga harus selalu dilakukan sepanjang tahun.

Dengan memaknai Natal sebagai momen pemberian, kita perlu mengambil makna ini sebagai contoh sikap hidup yang harus diterapkan sepanjang waktu. Kasih dan pemberian tidak hanya sebatas materi, tetapi juga berupa perhatian, waktu, dan tindakan nyata untuk membantu sesama. Waktu Natal yang biasanya diiringi dengan memberikan hadiah, bisa digunakan sebagai ajang berkumpul bersama keluarga dan mengumpulkan dana untuk membantu sesama yang membutuhkan, mereka yang kekurangan atau tertimpa bencana.

Umat Kristen diajarkan untuk memberikan tanpa mengharapkan imbalan, tetapi dengan memberikan yang terbaik dari diri sendiri dan kasih yang tulus. Rasul Paulus mengungkapkannya dengan sangat indah kepada jemaat di Korintus, “Masing-masing memberikan sesuai dengan kerelaan hatinya, bukan karena terpaksa atau karena merasa terpaksa. Karena Tuhan mengasihi orang yang memberikan dengan sukacita” (2 Kor 9:7).

Dengan memaknai Natal sebagai momen pemberian, kita dapat memperkaya hidup kita dengan keberanian dan kasih yang tulus, saling mengasihi, dan mendukung sesama demi terwujudnya kedamaian di dunia.

Natal Selalu Relevan

Di tengah kehidupan modern yang serba materialistik dan konsumeristis, makna Natal sebagai momen untuk memberi dan kasih masih sangat relevan untuk diterapkan dan dipertahankan. Makna Natal sebagai pemberian dan kasih perlu terus ditekankan sebagai pengingat agar orang tidak hanya fokus pada nilai komersial dan kepentingan material, tetapi juga pada nilai-nilai sosial dan emosional yang lebih mendalam.

Natal bukan hanya tentang menerima hadiah, tetapi tentang memberi kasih dan memperlihatkan perhatian kepada sesama. Makna Natal sebagai pemberian masih sangat relevan karena memberikan kontribusi yang positif dalam memperkuat tali silaturahmi dan melatih kepedulian sosial. Dalam momen Natal, orang-orang di seluruh dunia saling bertukar hadiah ataupun saling memberikan perhatian dan kasih sayang kepada satu sama lain. Tidak hanya itu, dalam konteks kekinian, makna Natal sebagai pemberian juga bisa diterapkan dalam bentuk pemberian waktu dan tenaga untuk membantu sesama, seperti dengan melakukan aksi sosial untuk mereka yang membutuhkan atau menjalin bakti sosial dengan mengajak bergabung dalam kegiatan sosial yang diadakan pada hari Natal.

Dengan demikian, makna Natal sebagai momen untuk memberi dan kasih dalam konteks kekinian masih sangat relevan dan perlu diterapkan, terutama di tengah kecenderungan konsumerisme dan materialisme yang sangat kuat dalam masyarakat modern. Dalam momen Natal, kita diingatkan untuk tidak hanya berfokus pada nilai material, tetapi juga pada nilai spiritual dan sosial yang lebih dalam dan bermanfaat bagi kehidupan bersama.

Makna pemberian diri dalam Natal 2023 bisa diaplikasikan dalam berbagai aspek kehidupan. Berikut beberapa contoh makna pemberian diri yang dapat diterapkan pada Natal 2023:

1. Memberikan waktu dan perhatian kepada keluarga: Natal adalah momen yang tepat untuk memberikan waktu dan perhatian kepada keluarga, terutama di tengah kesibukan yang padat sehari-hari. Memberikan perhatian dan waktu secara tulus dan ikhlas kepada keluarga bisa menjadi bentuk pemberian diri yang amat penting dalam memperkuat hubungan yang harmonis di antara anggota keluarga.

2. Memberikan diri dalam aksi sosial: Natal juga bisa menjadi momen yang tepat untuk terlibat dalam aksi sosial, seperti memberikan bantuan pada orang-orang yang membutuhkan, menggalang dana untuk membantu mereka yang dalam situasi sulit, atau membantu mengajar anak-anak di tempat-tempat yang kurang mampu.

3. Memberikan penghargaan dan apresiasi kepada sesama: Pemberian diri tidak selalu harus dalam bentuk materi. Memberikan penghargaan dan apresiasi secara tulus dan ikhlas kepada sesama bisa menjadi bentuk pemberian diri yang tak ternilai harganya.

4. Menyebarkan nilai-nilai kasih, perdamaian, dan pengampunan: Natal merupakan momen yang tepat untuk menyebarluaskan nilai-nilai kasih, perdamaian, dan pengampunan, yang merupakan nilai-nilai yang diusung dan diperjuangkan oleh Yesus Kristus. Menyebarluaskan nilai-nilai ini bisa melalui aksi nyata ataupun melalui kata-kata yang dibagikan pada orang di sekitar kita.

5. Meningkatkan kualitas diri: Pemberian diri juga bisa dilakukan dengan meningkatkan kualitas diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Dalam konteks Natal, kualitas diri bisa meningkat dalam bentuk merenungkan kehidupan, memaafkan kesalahan orang lain, memperkuat iman dan toleransi, serta mengembangkan sikap peduli kepada sesama.

Sebagai penutup, perlu ditegaskan bahwa pemberian diri yang tepat haruslah dilakukan secara tulus dan ikhlas tanpa menggantungkan apapun. Selain itu, memperhatikan konteks sosial dan budaya di sekitar juga perlu menjadi perhatian utama agar pemberian diri yang dilakukan bisa terintegrasi dalam lingkungan kehidupan yang ada. (masih dalam oktaf natal, maka tulisan ini masih relevan).

Maaf tema Natal Bersama PGI -KWI “Kemuliaan Bagi Allah dan Damai Sejahtera di Bumi” belum masuk dalam ulasan. Semoga besok menjelang akhir tahun bisa saya selesaikan sekalian dikaitkan dengan tahun baru dan Pemilu 2024 nanti.

Spread the love