Oleh: Alfred B. Jogo Ena

“Memaafkan memang sulit, tetapi bukan berarti tidak bisa diupayakan dengan kemauan baik dan tulus hati” (ABJE).

(foto dari www.yesuskristus.com)

Pengampunan selalu identik kalau ada kesalahan. Dan orang yang berbuat salah sering harus mohon ampun agar dibebaskan dari kesalahannya. Dalam persahabatan pun kadang timbul perselisihan, ketegangan bahkan luka batin akibat kesalahan yang mungkin tidak fatal tapi melukai, atau fatal dan mengancam keutuhan persahabatan.


Kita sering juga mendengar atau mengucapkan “aku tidak bisa mengampunimu.” “Aku telah memaafkan dia, tapi untuk mengampuni dia, rasanya aku belum sanggup, karena luka yang dia sebabkan itu telah sembuh tapi bekasnya masih terasa. Jadi untuk mengampuni dia…aku belum bisa.”


Pengampunan seringkali dikaitkan dengan kebencian dan dendam. “Aku benci karena dia ini…itu…aku benci karena gara-gara dia nasibku jadi begini.” Akibatnya, untuk mengampuni terasa sangat sulit. Orang masih memendam rasa sakit dalam hati. Orang tak akan bisa mengampuni kalau dia sendiri belum mau berdamai dengan dirinya untuk menerima bahwa sesuatu yang sakit itu terjadi pada dirinya. Dia masih terpaku pada masa lalu dan kejadian yang dialami. Padahal menurut David Augsburger pengampunan berarti “membiarkan apa yang terjadi berlalu, tetapi berusaha menggapai apa yang akan datang, apa yang sekarang ada.”


Pengampunan harus muncul dari kedalaman hati. Saya mengampunimu karena memang saya harus melakukannya, karena saya berharap untuk meneruskan hidupku secara utuh. Pengampunan dalam persahabatan harus dilakukan dengan tulus tanpa prasyarat apapun. “Saya akan mengampunimu, jika…. atau saya akan mengampuni ketika….” Pengampunan model ini hanya akan meninggalkan jejak luka batin. Bukankah kita sendiri tidak memberikan prasyarat apapun pada diri kita ketika kita melakukan kesalahan? Perlakuan yang demikian sudah semestinya kita lakukan pada orang lain. Ya, mengampuni tanpa syarat. Sulit memang, tetapi bukan tidak mungkin. Saya sendiri telah melakukannya, ketika mengampuni semua keluarga ayahku yang menolak kehadiranku di masa kecil. Saya menjadi tidak punya beban masa lalu. (abje)

Spread the love