Oleh: Alfred B. Jogo Ena
“Ada hal-hal yang tidak aku pahami, tapi dipahami oleh sahabatku. Ada hal-hal yang aku pahami, tapi sahabatku tidak paham. Kita hanya bisa saling melengkapi. Alangkah bahagianya memiliki sahabat yang saling melengkapi seperti itu” (ABJE).
Tidak bisa dipungkiri bahwa banyak hal yang tidak kita ketahui. Kalaupun kita tahu itu karena ada yang memberitahukannya pada kita. Tidak ada sesuatupun yang langsung kita ketahui. Banyak kita ketahui dari orang tua di rumah, guru di sekolah, buku-buku yang dibaca, maupun sharing pengalaman dengan teman. Semakin banyak hal diberitahukan pada kita semakin banyak pula yang kita ketahui. Memang banyak hal kita ketahui belum menjamin bahwa kita memahaminya. Misalnya, sebagai seorang editor yang setiap hari berkecimpung dengan naskah dan buku dari banyak penulis, saya bisa menganalisis bahwa tulisan tertentu ditulis oleh penulis dalam kondisi yang tertentu. Misalnya alur tulisannya loncat-loncat, tidak ada koherensi antarparagraf. Saya mungkin hanya bisa menduga bahwa penulisnya sedang A, B atau C. Tetapi saya sungguh tidak paham dengan apa yang dialaminya. Hanya penulis itu sendirilah yang sungguh paham dengan apa yang sedang dia alami.
Dalam relasi persahabatan pun demikian. Ada hal-hal yang tidak aku pahami, tapi dipahami oleh sahabatku. Begitu juga sebaliknya, ada hal-hal yang aku pahami, tapi sahabatku tidak paham. Keduanya hanya bisa saling melengkapi pemahaman di antara mereka. Alangkah bahagianya memiliki sahabat yang saling melengkapi seperti itu. Dunia menjadi indah. Relasi antarmanusia menjadi indah. Dengan demikian kesalahpahaman semakin tereliminasi dan semua orang bisa hidup secara berdampingan dengan baik. Dewasa ini yang paling menakutkan bukanlah miss universe, tetapi misunderstanding, bukan mikroskop yang dapat mendeteksi penyakit mematikan, tetapi miscommunication. (abje)