Oleh: Alfred B. Jogo Ena

Kesediaan Mengalah

1)

Di sebuah persimpangan yang amat ramai, traffic light-nya mati. Banyak pengendara roda dua dan roda empat berusaha saling mendahului seolah hanya mereka yang punya kepentingan. Karena itu kecelakaan tak terelakan. Empat sepeda motor dari empat arah yang berbeda bertabrakan di tengah. Akibatnya terjadi macet yang panjang. Begitulah kalau di jalan raya kalau orang tidak sabaran maka akibatnya akan merugikan banyak pihak. Orang yang semula ingin tiba tepat waktu di sekolah atau tempat kerja menjadi terlambat. Banyak orang akan dirugikan oleh ulah ugal-ugalan akibat tidak sabar di jalan raya. Kepentingan oran lain dirugikan hanya karena ulah segelintir orang yang mau agar kepentingannya diutamakan, didahulukan.

2)
Tidak semua masalah layak menjadi bahan pertengkaran. Apalagi sampai menjadi cekcok yang hebat. Apa sudah dipertimbangkan bahwa sebuah hubungan cinta dikorbankan gara-gara persoalan sepele? Kita mungkin kesal atau marah karena dia telah melakukan suatu kesalahan atau kekeliruan, tapi apakah kita menyadari pasti telah, sedang dan akan melakukan suatu kesalahan dan kekeliruan? Kesediaan untuk mengalah dapat melunturkan sakit hati. Dengan bersedia mengalah kita diajak menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini.

3)

Mengalah bukan berarti kalah, bukan berarti lemah. Tetapi sebaliknya. Kita mengalah karena kita menang atas diri sendiri untuk tampil egois, menonjolkan diri sendiri dan mengabaikan yang lain. Orang yang berani mengalah untuk kepentingan yang lebih luas adalah orang yang kuat. Orang yang mudah mengadalah adalah orang yang kooperatif, orang yang mengutamakan orang lain daripada dirinya sendiri, orang yang menempatkan orang lain setara dengan dirinya. Keberanian kita untuk mengalahkan diri sendiri itu lebih elegan daripada menunggu orang lain mengalahkan egoisme kita.

Spread the love