(Refleksi Kekatolikan kita di Tengah Bangsa)

Oleh: Alfred B. Jogo Ena

Hari ini Gereja Katolik semesta, merayakan Pesta Pembaptisan Tuhan, salah satu hari raya penting dalam agama Katolik yang dirayakan pada Minggu sesudah Epifani. Pesta ini memperingati peristiwa pembaptisan Yesus di Sungai Yordan oleh Yohanes Pembaptis. Pesta pembaptisan juga menandai berakhirnya masa natal (warna putih) dan memulai masa biasa (warna hijau). Dan menurut penanggalan liturgi Minggu 14 Januari 2024 sudah Minggu Biasa (II).

Pesta pembaptisan Tuhan hendaknya membawa kita sampai refleksi tentang makna baptisan yang kita terima (sekaligus menerima dan melakukan tritugas sebagai imam, nabi dan raja.

Dalam konteks pemilu 2024, panggilan sebagai orang Katolik memiliki relevansi dengan pemilu dan tatanan demokrasi yang ideal. Sebagai orang Katolik, kita dihadapkan pada tuntutan moral dan etika hidup yang bersumber dari ajaran agama. Dalam hal pemilu, diharapkan agar sikap dan perilaku kita sebagai orang Katolik dapat memengaruhi cara kita memilih pemimpin yang tepat.

Dalam pemilu yang demokratis, diharapkan bahwa pemimpin yang terpilih harus memiliki integritas, karakter baik, dan layak dipilih oleh masyarakat (termasuk aku sebagai seorang Katolik). Pemilu juga harus diwarnai oleh keadilan, kebersihan, dan ketulusan. Semua elemen ini merupakan nilai moral yang diharapkan dapat terpenuhi pada pemilu 2024.

Dengan demikian, panggilan sebagai orang Katolik menegaskan pentingnya peran kita sebagai warga negara yang menjalankan hak dan kewajiban dalam pemilu dengan memperhatikan aspek keadilan dan moralitas (di tengah semakin langkanya pribadi-pribadi berintegritas yang menjadi pemimpin kita) . Seperti halnya dalam pesta pembaptisan Tuhan, kita diingatkan untuk menerima peran serta tanggung jawab ke dalam tatanan hidup yang lebih baik, bermartabat, serta lebih saleh dan cerdas sejalan dengan rancangan Tuhan.

Kita seharusnya juga mengedepankan persatuan dan kerukunan dalam menghadapi pemilu. Kita harus menolak segala bentuk politisasi suku, ras atau agama yang berdampak buruk pada persatuan masyarakat Indonesia. Sikap kita sebagai orang Katolik haruslah bersifat inklusif, menjunjung tinggi sikap damai dalam segala aspek kehidupan (habitus baru dan peradaban kasih), dan menolak kekerasan dalam bentuk apapun.

Singkatnya dapat disimpulkan bahwa panggilan sebagai orang Katolik menegaskan bahwa pemilu pada tahun 2024 harus dijalankan dengan kesadaran moral, etika, dan sikap yang berlandaskan pada persatuan dan perdamaian. Selain itu, keadilan, kebersihan, dan ketulusan juga sangat penting dalam menentukan pemilihan pemimpin.

Kaki Merapi, 8 Januari 2024

Spread the love